Rabu, 20 Mei 2015

MENGHINDARI PENYAKIT DENGAN SISTIM DRAINAGE DAN VENTILASI FARM YANG BAIK

Oleh : Muhammad Misbachul Munir, S.Pt. MM.
Tanggal : 21 Mei 2015

Pada tahun 1993, penulis baru masuk kerja di sebuah perusahaan Breeding Farm PMDN.  Kala itu, penulis masih kecil dan sangat muda.  Suatu ketika, pimpinan waktu itu menunjukkan dan menguraikan betapa pentingnya penataan kandang dan betapa pentingya jalur air.  

Ketika itu penulis hanya manggut-manggut memberi tanda bahwa penulis mengerti apa yang disampaikan.  Tapi sejujurnya penulis tidak percaya apa yang disampaikan.

Perlu penulis sampaikan, bahwa farm tempat penulis bekerja saat itu berada di kaki gunung dengan ketinggian 1.200 meter dpl.  Suhu kala itu antara 14 - 20 C.  Sangat dingin dan membuat kram perut. Kontur tanah yang menurut penulis kurang baik, karena ada kandang yang dibangun di atas dan sebagian lainnya di bawah.  Kelembaban sangat tinggi.

Semenjak kejadian itu penulis selalu teringat apa yang disampaikann tersebut.  

Sampai suatu ketika penulis diminta menangani farm tertentu.  Kala itu penulis hanyalah sebagai seorang staf pemelihara. Lalu - ada kejadian dimana penulis memperhatikan sistim drainage yang tidak beraturan.  Ada kandang tertentu yang langganan sakit, tapi ada kandang tertentu yang memiliki prestasi sangat baik.

O iya, lokasi farm berada pada ketinggian 600 meter dpl dengan suhu yang relatif lebih panas.

Penulis lalu memperhatikan dan merenungkan, mengapa kandang tertentu sering ada masalah penyakit sedang kandang lainnya tidak.  
Ternyata untuk kandang yang sering sakit, merupakan daerah terkumpulnya air dari beberapa kandang di atasnya.  Setiap kali hujan datang, air selalu meluber dimana-mana di sekitar kandang tersebut.  Lalu kandang yang sering tidak bermasalah ternyata  air selokannya lancar dan anginnya juga lancar.

Dari fakta tersebut, lalu penulis melakukan upaya perbaikan jalur air. Caranya adalah dengan membuat jalur air ke arah belakang kandang.  Lalu air di alirkan dari kandang satu ke kandang lainnya dari belakang kandang.

Kemudian penulis membaut upaya, agar air tidak ada yang meluber di sekitar kandang melainkan harus terbuang ke parit yang jauh dari kandang.

Apa yang terjadi selanjutnya?.  Ternyata frekwensi kejadian penyakit mulai menurun.

------------------------------------------------------
Pengalaman berikutnya, penulis ditugaskan sebagai kepala unit di farm tertentu yang notabene sering timbul masalah Coli, Cocci dan Clostidiasis.  Di awal tugas di farm tersebut, penulis langsung membenahi selokan.  Dan ternyata permasalahan yang dulunya sering muncul menjadi berkurang.

------------------------------------------------------
Pada tahun 2002, penulis ditugaskan di sebuah farm Close House, dengan ketinggian lokasi sekitar 800 meter dpl.  Kondisi kandang kurang menguntungkan, dimana kecepatan angin dalam kandang maksimum hanya 1,2 m/s.  Blade kipas banyak yang tidak normal, demikian juga motor listrik banyak yang tidak normal.

Karena ini tugas yang baru dan dengan kondisi kandang perlu penanganan serius, penulis yang saat itu menjadi manajer unit pun terbuai oleh pekerjaan yang terkait dengan sistim operasional kandang close house.

Begitu ayam telah masuk, ternyata banyak problem yang dihadapi farm tersebut.  Penulis pikir masalahnya ada pada sistim ventilasi yang memenuhi syarat.  Sambil berfikir, ketika hujan lebat datang - penulis melihat - bahwa air dari perkampungan masuk ke lokasi farm.  Pada hal kampung di atasnya banyak kambing, domba dan tempat mandi di kampung tersebut pun dibuat ala kadarnya.

Seluruh air dari kampung mengalir mulai dari kandang satu, lalu meluber ke kandang sebelanya dan seterusnya ke kandang bawahnya.  
Dengan kejadian ini penulis teringat tentang betapa pentingnya jalus air.
Setelah hujan reda, segera diadakan program perbaikan parit.  Seluruh jalur air tidak boleh melewati depan kandang, tapi harus berada di belakang kandang.

Setelah jalur air tertata dengan baik, berangsur-angsur permasalahan farm bisa di atasi.
------------------------------------------------------
Fakta lain, adalah tahun 2005.  Penulis kembali memimpin di dua farm yang berbeda dengan kontur tanah yang berbukit-bukit dan dengan ketinggian sekitar 1.200 m dpl.

Ketika memimpin pertama, penulis langsung merobak sistim drainage farm dan sekaligus sistim ventilasi farm.  Semua selokan harus bersih.  Tidak boleh angin terhalangan oleh tanaman perdu. Dengan hanya perlakuan ini, ternyata farm tersebut mampu memberikan performance yang lebih baik.
------------------------------------------------------

Itulah fakta, betapa pentingnya pengaturan Drainage dan Ventilasi yang baik.

ACITES PADA AYAM BROILER

OLEH : MUHAMMAD MISBACHUL MUNIR, S.Pt. MM.
Tanggal : 20 Mei 2015


Penulis sering mendapat pertanyaan dari peternak?.

Peternak   : Mas !!!, mengapa ayam broiler saya mati mendadak ?, padahal tidak ada tanda tanda
                   sakit.
Penulis     : Kandang Bapak apa kandang terbuka ?
Peternak   : Iya mas.
Penulis     : Yang mati ayamnya gemuk-gemuk ya Pak?
Peternak   : Benar mas
Penulis     : Tebakan saya, kebanyakan matinya siang hari.  Apa benar Pak?
Peternak   : Kok Masnya tahu.
Penulis     : Saya tebak lagi Pak, Pasti kebanyakan matinya telentang ya Pak?
Peternak   : Lho....., kok Masnya tahu juga.
Penulis     : Bapak pernah bedah ayam yang mati Pak?
Peternak   : Pernah Mas.
Penulis     : Saya tebak, pasti ada uap panas keluar dari perut ayam ya Pak?.
Peternak   : Benar-benar

Lalu penulis menjelaskan :
Begini Pak.  Ayam bapak memang tidak sakit oleh bakteri, virus atau jamur.  Kalau tanda-tanda mati seperti itu, saya duga terkena Acites.  Biasanya malah ayamnya lompat lalu mati mendadak dengan posisi telentang.

Nah, mengapa ketika dibedah ada uap/gas yang keluar dari perutnya?.
Karena adanya cairan plasma yang terkumpul dalam ruangan abdomen dan timbunan cairan tersebut disebut Asites.

Lalu, mengapa terjadi di siang hari ?
Karena, ketika Bapak memberi pakan di siang hari - maka ayam akan memetabolisme makanannya dan kemudian menghasilkan energi.  Energi tubuh ayam akan semakin berlebihan ketika suhu lingkungan sangat tinggi.

Karena panas berlebihan, maka tubuh ayam akan berusaha mengeluarkannya melalui terengah-engah (panting).  Pembuluh darah perifer akan mengembang dan mendekatkannya ke kulit.  Jantung berdegup dengan cepat, sepertinya berusaha mempercepat pengeluaran panas dari dalam tubuhnya. Banyak darah yang di alirkan ke arah paru-paru untuk segera mengeluarkan panas.

Dengan tubuh yang besar dan makanan yang banyak, maka tubuh akan banyak membutuhkan oksigen guna membakar nutrisi yang dimakannya.  Oleh karena itu darah dialirkan ke arah paru-paru semakin cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen tersebut.

Aktifitas ini mengakibatkan jantung mengalami hipertensi, permeabilitas kapiler meningkat dan cairan akan lolos ke dalam rongga perut (acites) atau sekitar jantung (hidroperikardium).  Karena banyak darah diarahkan ke paru-paru, maka terjadi peningkatan tekanan dalam paru-paru yang menyebabkan tekanan intra vaskuler paru-paru bertambah, sehingga terjadi edema paru-paru.

Disamping itu, karena jantung mengalirkan darah ke arah paru-paru yang berlebihan mengakibatkan tekanan pada dinding ventrikel kanan, sehingga terjadi pembesaran (hipertropi) ventrikel tersebut. Kondisi ini menyebabkan kerja katup jantung kurang efektif dan mengalami kebocoran akibat tekanan balik arteri pulmonum dan tekanan ruang ventrikel bagian kanan.  Tekanan balik ini menekan darah vena yang menyebabkan pembendungan dan edema hati.  Peristiwa ini mengakibatkan kebocoran plasma hari ke ruangan hepato-peritonela.

Jadi, ketika ayam dengan ciri-ciri mati seperti itu, maka organ jantung, paru-paru dan hati akan membesar dan yang spesifik adalah cairan dalam rongga perut.

Nah, dari pada pusing-pusing mendengar ocehan saya Pak, lebih baik ikuti saran saya aja Pak.  Yaitu "jangan pernah memberi pakan ayam di siang hari".

Pakan harus di ambil dan dikeluarkan dari kandang jam 10:00 WIB dan diberikan kembali jam 13:30 WIB.  Kekuarangan konsumsi pakan berikan pada sore atau malam hari.

Minggu, 17 Mei 2015

OMPHALITIS PADA AYAM BROILER

Oleh : Muhammad Misbachul Munir, S.Pt. MM
Tanggal : 18 Mei 2015

Sebelum kita membahas substansi manajerial terkait dengan bahaimana menghindari penyakit Omphalitis, maka kita harus menelaah lebih dahulu tentang apa itu "Omphalitis"?

Seperti yang dilansir oleh Barness dkk (1997) bahwa Omphalitis atau infeksi kantong kuning telur pada anak ayam merupakan salah satu bentuk infeksi lokal dari penyakit Collibacilosis. Jika pada kondisi ini dilakukan pemeriksaan bedah ayam (nekropsi), dapat ditemukan perubahan pada organ dalamnya seperti peradangan pada pusar, serta kuning telur tidak terserap sempurna yang akan menyebabkan material kuning telur menjadi keras. Dengan melihat beberapa perubahan spesifik ini, bisa dipastikan telah terjadi kasus Collibacilosis bentuk Omphalitis (http://www.poultryindonesia.com/news/kesehatan/fenomena-omphalitis-pada-anak-ayam/).

Sisa kuning telur (yolk sacc) merupakan sumber nutrisi yang penting untuk perkembangan awal DOC serta sebagai sumber kekebalan (antibodi maternal). Akan tetapi di satu sisi, kuning telur juga merupakan media yang cocok untuk perkembangan mikroorganisme. Pada kondisi yang normal seharusnya kuning telur akan terserap habis sekitar umur 5-7 hari. Terhambatnya penyerapan kuning telur akan berpengaruh terhadap penyerapan antibodi maternal.  Tali pusar yang tidak segera menutup akan menyebabkan permasalahan lain yaitu terjadinya omphalitis. Adanya peradangan ini akan menyebabkan bibit penyakit mudah menginfeksi seperti Salmonella sp., Clostridium dan yang paling sering adalah infeksi bakteri Escherichia coli (http://info.medion.co.id/index.php/konsultasi-teknis/broiler/penyakit/sisa-kuning-telur-dan-tali-pusar).

--------------------------------------
Salmonella adalah jenis bakteri yang ada didalam sistem pencernaan binatang, unggas, reptil, serangga dan manusia. Salmonella sp berbentuk batang, tidak berspora, Gram negatif, ukuran 1-3,5 µm x 0,5-0,8 µm, ukuran koloni rata-rata 2-4 mm, dapat tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15 - 41 oC, suhu pertumbuhan optimum 37,5 oC dan Salmonella sp mati pada suhu 56 oC, pH pertumbuhannya 6-8. Di dalam air bakteri ini dapat hidup selama 4 minggu, dalam tanah selama 12 bulan dan di dalam rumput-rumput selama 7 bulan  (Jawetz. dkk. 1996), dikutip dari http://www.acehclick.com/2012/05/31/makanan-dan-salmonella-sp/ (Mei 2012)
--------------------------------------
Clostridium telah kami bahas pada blog sebelumnya, yang berrjudul :

NECROTIC ENTERITIS PADA AYAM

Khususnya Clostridium perfringens, yang :
1. Hidup pada suhu 15-55 °C.
2. Suhu optimum untuk hidup 43-47 °C.
3. Clostridium perfringens dapat tumbuh pada pH 5 - 8,3
4. Hidup pada pH optimum 6 - 7.

-----------------------------------------
Selanjutnya E. Coli :
Menurut https://iheartfoods.wordpress.com/2010/06/23/escherichia-coli/ (23 Juni 2010), temperatur adalah salah satu faktor pertumbuhan bakteri. Suhu optimum bagi Escherichia coli adalah 370C (Atlas, 1995). Escherichia coli adalah bakteri berbentuk batang, anaerob fakultatif (dapat melakukan fermentasi ketika tidak ada oksigen, dan bisa melakukan respirasi selular secara aerob bila ada oksigen. Abedon, 1998), Gram-negatif, dan non-spora. Bakteri ini memfermentasi laktosa. Bakteri ini juga bisa tumbuh pada kisaran suhu 70C - 460C dan dapat tumbuh pada aktivitas air minimum 0,95 (Meat & Livestock Australia, 2006).

Menurut sumber http://rismayantianalisamikrobiologi.blogspot.com/2012_03_01_archive. html (23 Maret 2012), E. Coli bersifat kualitatif anaerob, dapat tumbuh pada media buatan.  Beberapa sifat E. Coli antara lain pertumbuhan optimum pada suhu 370C, dapat tumbuh pada suhu 150C – 450C, tumbuh baik pada pH 7,0 tapi tumbuh juga pada pH yang lebih tinggi (Merchant dan Parker, 1961).

-------------------------------------------------------------------------------------------------------
IMPLIKASI MANAJERIAL :

Dari informasi di atas, kita tahu bahwa, Ompalitis adalah radang di sisa kuning telur yang ada dalam tubuh ayam (DOC).  Jika pusar DOC membuka, tentu merupakan jalan masuk bakteri ke dalam sisa kuning telur tersebut.

Penulis, sebagai seorang yang berkecimpung di Breeding Farm dan pernah menangani Hatchery, maka penulis meyakinkan bahwa "tidak ada Breeding Farm dengan nama besarnya yang gegabah menjual DOC kepada peternak dalam kondisi pusar-nya terbuka, dan tidak ada perusahaan besar yang mempertaruhkan nama besarnya dengan menjual DOC dengan pusar terbuka".  Jika hal itu (menjual DOC dengan pusar terbuka) dilakukan, maka akan mencederai nama besar perusahaan tersebut.

Tetapi - disisi lain, konsumen juga harus kritis dan sebisa mungkin dapat melihat serta berkunjung di hatchery perusahaan produsen DOC.  Hal ini sebaiknya dilakukan untuk meyakinkan bahwa DOC yang dibeli berasal dari produsen yang tepat.  Mungkin bukan hanya peternak yang melakukan hal ini, saran penulis : seluruh TS dari perusahaan pembibitan DOC juga harus tahu.  Hal ini sangat bermanfaat bagi TS, agar yakin bahwa produk DOC yang dijual memiliki kualitas yang baik.

---------
Menelaah informasi berikutnya, bahwa kuning telur dapat dicerna oleh tubuh DOC antara 5 - 6 hari.  Kemudian informasi selanjutnya adalah Salmonella sp., Clostridium dan Escherichia coli dapat tumbuh pada suhu di bawah 450C dengan pH 6 - 8 dengan keadaan anaerobik atau setidaknya anaerobik fakultatif.  Bakteri tersebut dapat hudup di air, tanah dan rumput.

Implikasi manajerial pemeliharaan adalah :
1. Masak air minum sampai mendidih untuk ayam di minggu pertama pemeliharaan, untuk 
    membunuh bakteri yang melawati air minum.
2. Bersihkan rumput di sekitar kandang pada radius 3 meter.
3. Berikan air asam atau apa saja yang mampu membuat air minum ber pH di bawah 6.
    Berikan bahan baku yang aman (seperti asam jawa, blimbing wuluh atau cuka dapur).
4. Hindari pemberian antibiotik, karena bisa membahayakan kehidupan awal ayam.
    Ingat, tidak ada dokter manusia yang memberi antibiotik terhadap bayi normal.
5. Jangan biarkan pH usus meningkat di atas normal karena aktifitas panting akibat panas 
    berlebihan, dengan cara : jangan berikan makan pada siang hari dan jangan tutup 
    ventilasi hingga udara tidak bergerak sama sekali.
6. Ventilasi malam hari harus di atur agar udara tetap hangat, namun suplay oksigen harus 
    cukup.  Oksigen ini dimaksudkan agar sistim metabolisme bejalan normal dan juga untuk 
    membuat lingkungan dalam keadaa aerobik.

Nah, segala apa yang penulis paparkan adalah apa yang pernah kami lakukan.  Dan berhasil baik.  Selamat mencoba.

NECROTIC ENTERITIS PADA AYAM BROILER

Oleh : Muhammad Misbachul Munir, S.Pt, MM,
Tanggal 17 Mei 2015

Mari kita belajar mengenai apakah Necrotic Enterities (NE) itu?
Mengapa kita harus belajar tentang penyakit ini?. Jawabannya adalah agar kita dapat menghindari penyakit ini pada ternak kita, terutama ayam Broiler.  Dengan menghindarinya, berarti kita telah mengurangi tambahan biaya yang diakibatkan oleh NE beserta ikutannya.

Berlatar belakang keinginan kita untuk tahu tentang penyakit NE, mari kita belajar setahap demi setahap.

Pertama :
Necrotic Enteritis merupakan salah satu penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri jenis Clostridium perfringens, dimana tergolong bakteri gram-positif, bersifat anaerobic, umum dapat ditemukan di tanah, litter, debu dan pada level yang rendah ditemukan dalam usus ayam sehat (http://www.majalahinfovet.com/2010/08/fenomena-meningkatnya-kasus-necrotic.html)

Ingat kata kuncinya :
1Clostridium perfringens
2. Gram positif
3. Anaerobic
4. Hidup di tanah, litter, debu
5. Hidup diusus ayam dalam level rendah

Kedua :
Clostridium perfringens adalah spesies bakteri gram-positif yang dapat membentuk spora dan menyebabkan keracunan makanan. Beberapa karakteristik dari bakteri ini adalah non-motil (tidak bergerak), sebagian besar memiliki kapsul polisakarida, dan dapat memproduksi asam dari laktosa. C. perfringens dapat ditemukan pada makanan mentah, terutama daging dan ayam karena kontaminasi tanah atau tinja. Bakteri ini dapat hidup pada suhu 15-55 °C, dengan suhu optimum antara 43-47 °C. Clostridium perfringens dapat tumbuh pada pH 5-8,3 dan memiliki pH optimum pada kisaran 6-7. Spesies bakteri ini dibagi menjadi 5 tipe berdasarkan eksotoksin yang dihasilkan, yaitu A, B, C, D, dan E. Sebagian besar kasus keracunan makanan karena C. perfringens disebabkan oleh galur tipe A, dan ada pula yang disebbkan oleh galur tipe C (http://id.wikipedia.org/wiki/Clostridium_perfringens, Mei 2015).

Kata kuncin berikutya :
1Clostridium perfringens dapat hidup pada suhu 15-55 °C.
2. Suhu optimum untuk hidup 43-47 °C.
3. Clostridium perfringens dapat tumbuh pada pH 5 - 8,3
4. Hidup pada pH optimum 6 - 7.

Dari informasi sebagaimana tersebut diatas, kita dapat berfikir bahwa Clostridium perfringens penyebab NE dapat hidup di tanah, debu dan litter.  Yang mesti kita ingat juga, bakteri ini hidup dalam keadaan an-aerob (tanpa oksigen).

Dari sisi manajemen pemeliharaan kita dapat menggunakan pengetahuan tersebut.  Yaitu, salah satu untuk menghindari penyakit ini diperlukan sirkulasi udara yang baik untuk menciptakan keadaan aerobik.  Misalnya : ventilasi harus baik, litter tidak boleh tertutup oleh kotoran atau menggumpal (litter harus dapat diterobos udara), tanah sekitar kandang harus terbuka (hilangkan rumput sekitar kandang).  Dengan demikian, sulit bagi Clostridium perfringens untuk bisa hidup dengan baik.

Perhatikan selanjutnya, bahwa Clostridium perfringens dapat hidup optimum pada suhu 43-47 °C.  Pengetahuan ini mengisyaratkan bahwa kita tidak boleh menciptakan suhu lingkungan bakteri sebesar suhu itu.  
Kita tahu, bahwa suhu tubuh ayam 40,5 ºC (rendah) dan 41,5 ºC (tinggi).  Baca blog saya : 

BAGAIMANA MENCIPTAKAN PROSES NORMAL METABOLISME AYAM BROILER GUNA MENINGKATKAN SISTIM KEKEBALAN TUBUH.  


Jadi - Jika diperhatikan, sebenarnya suhu tubuh ayam mendekati suhu optimal pertumbuhan bakteri Clostridium perfrigens.  
Pengetahuan ini dari sisi manajemen pemeliharaan dapat di artikan bahwa : jangan membuat suhu tubuh ayam meningkat sampai level 43 C.  Caranya adalah : Hindari pemberian pakan di siang hari dan dianjurkan pemberian pakan di pagi, sore dan malam hari (intinya : jangan beri makan ayam ketika suhu lingkungan sangat panas dan memungkinkan suhu tubuh ayam meningkat sampai 43 C).

Kemudian informasi penting lainya adalah  Clostridium perfringens dapat hidup optimum pada pH 6 - 7.  kita tahu bahwa pH normal pada sistim pencernaan adalah :  tembolok (4.5), proventrikulus (4.4), gizzard (2.6), duodenum (5.7- 6.0), jejunum (5.8), ileum (6.3), kolon (6.3), ceca (5.7), dan empedu (5.9) (Sun, 2004).  Pelajari blog saya : 

http://pengetahuanayampraktis.blogspot.com/2015/04/menjaga-sistim-encernaan-untuk-menjaga.html.


Nah, berdasarkan informasi ini, maka duodenum dan ileum rawan serangan Clostridium perfringens.  Dari sisi manajemen pemeliharaan kita dapat mensiasati dengan memberikan air minum setidaknya pH netral, dan jangan memberikan minum dengan pH tinggi.  Obat yang pahit dan desinfektan tertentu bersifat basa.  Kalau tidak mendesak, sebaiknya jangan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk air minum ayam kita.  

pH usus bisa meningkat, jika pH darah meningkat. pH darah bisa meningkat jika ayam panting.  Kejadian panting umumnya disebabkan karena kelebihan energi tubuh akibat makan dan atau suhu lingkungan yang tinggi disertai kelembaban tinggi.  Dari sisi manajerial pemeliharaan, kita dapat menghindaarinya dengan jalan memberikan makan pada suhu rendah, berikan ventilasi yang cukup agar suhu dan kelembaban turun.

Ke Tiga :
Sebagai tambahan informasi :
Usus dari ayam yang terinfeksi Clostridium perferingens menjadi rapuh dan menggelembung disertai adanya timbunan gas dan lesi-lesi bersifat nekrosis yang menyebar cukup luas disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh Clostridium perfringens tersebut. Pada kejadian yang bersifat akut, sering kali adanya kematian pada ayam yang terinfeksi tidak disertai adanya gejala klinis. Namun demikian pada bentuk yang subklinis, lebih banyak menimbulkan kerugian secara ekonomis berupa gangguan pertumbuhan dan problem efesiensi pakan (http://www.majalahinfovet.com/2010/08/fenomena-meningkatnya-kasus-necrotic.html).

Semuga bermanfaat dan membantu semua peternak ayam Broiler

Jumat, 08 Mei 2015

KEKELIRUAN PEMAKAIAN PEMANAS SAAT BROODING PADA AYAM BROILER

Oleh : Muhammad Misbachul Munir, S.Pt., MM.
Tanggal 16 Mei 2015


Suatu hari ada laporan bahwa terdapat peternak yang memiliki kematian minggu ke dua yang tinggi. Berdasarkan laporan yang peternak lakukan, kematian didominasi oleh dehidrasi, ompalitis dan bobot badan tidak seragam (banyak ayam yang kecil).  

Setelah diobservasi oleh team untuk membantu peternak tersebut.  Team memberi laporan tertulis. Salah satu yang mengusik penulis adalah adanya pernyataan : "saat terima pertama, DOC tampak kedinginan dan oleh karena itu saya tambah pemanas, jadi saya rugi bahan bakar", kata peternak dalam laporan itu.

Mari kita renungkan :
Pertama-tama ayam nampak kurang pemanas saat terima - lalu pada saat itu peternak menambah pemanas dan seterusnya sampai periode brooding selesai, sehingga peternak mengeluarkan banyak biaya untuk bahan bakar.

Mmmm ...., mari kita berfikir !!!

Bayangkan, suatu ketika "kita lari di siang hari".  Tentu tubuh kita terasa panas.  Oleh karena itu kita kehausan.  Setelah selesai lari - dihidangkanlah minuman dan makanan.  Tentu pilihan pertama kita adalah minum.  Ketika minum, rasa haus akan hilang.
Apabila kita kebanyakan minum, apalagi minum tersebut mengandung es yang dingin, maka segera setelah itu kita merasa tidak enak badan, perut terasa penuh air dan tidak ingin makan.
Contoh lain :
Anak-anak yang sedang berlatih puasa, apalagi bulan Romadhon jatuh pada bulan panas (bulan Juli misalnya).  Setiap sore anak-anak ini akan selalu dekat ibunya dan melihat apa yang dimasak.  Ketika Magrib tiba, anak-anak itu langsung meminum es sebanyak-banyak karena kehausan.  Karena kebanyakan air tentu anak anak ini tidak berselera makan bukan.
Setelah sholat maghrib selesai, anak anak ini akan makan.  Lalu ketika sholat Isyak sudah tidak kuat berdiri lagi, apalagi sholat Tharawih.

Analogika tersebut sama dengan DOC yang menempuh perjalanan jauh dalam lingkungan yang panas.  Ketika sampai kandang dan diberi minum,  tentu DOC akan berebut minum.
Tembolok penuh oleh air.  Dimana-mana kita temukan alas koran (litter) yang basah.  Mungkin kita juga menemukan ayam terlihat diare.
Di saat seperti itu ayam banyak yang menggerobol, seperti kedinginan.  Lalu, pada saat seperti ini peternak merasa harus menambah pemanas.

Ketika ditambahkan pemanas, ayam akan nampak riang.  Sampai suatu saat mencapai batas suhu tertentu (biasanya suhu lingkungan rata-rata di atas 350C) maka ayam akan panting.  Ketika kondisi tersebut (panting) tidak terkontrol akan timbul diare dan ayam lemas dan tidak mau makan. Kondisi ini menimbulkan ayam makin murung dan juga ditemukan adanya dehidrasi.  Kemudian kondisi kesehatan ayampun mulai terganggu.

Nah, mengapa timbul diare? :
1. Karena kebanyakan minum dan tidak ada makanan yang masuk,  maka cairan mudah 
    sekali keluar dari usus.
2. Karena panting, maka pH darah meningkat dan selanjutnta pH usus juga meningkat.  AKibatnya 
    mikroorganisma dalam usus meningkat.  Salah satunya adalah E. Colli dan Clostridium 
    Perfringens.  Hal ini akan memicu usus untuk melakukan percepatan gerak peristaltik, akibatnya 
    DOC akan diare.

Mengapa ayam lemas ?
1.  Kehilangan banyak cairan dan keseimbangan elektrolit tubuh menjadi tidak normal.
2.  Kehilangan banyak energi, karena aktifitas panting menguras energi.

Mengapa ayam tidak mau makan ?
1.  Karena ketika suhu tubuh meningkat, maka ayam lebih banyak minum.
2.  Keseimbangan elektrolit tergangg karena banyak cairan yang keluar.

Mengapa dehidrasi ?
Ya jelas, karena banyak kehilangan cairan akibat diare.

Menagapa murung ?
Gimana nggak murung, wong ayamnya kurang energi akibat kurang makan.

-----------------------------

Menurut pengalaman penulis, kondisi pertama kali terima DOC yang tampak kedinginan sebenarnya kerap kali terjadi.  Produsen DOC tampaknya kurang peduli terhadap masalah ini.

Menurut penulis, persoalan ini lebih pada persoalan transportasi / distribusi DOC.  Semua tahu bahwa perkembangan jumlah kendaraan dari tahun ketahun jauh lebih banyak dari pada jumlah pembangunan jalan tol atau perluasan jalan.  Pernyataan tersebut didukung oleh data :


Sedangkan pertumbuhan jalan raya hanya 0,01% saja (http://m.tribunnews.com/2013/03/05/kendaraan-tumbuh-11-jalan-cuma-tumbuh-001).  Hal ini memicu masalah kemacetan pada waktu-waktu tertentu.

Jika pengiriman dari Hatchery (penetasan) ke kandang peternak mengalamai kemacetan di jalan, maka DOC akan mengalami beberapa hal, diantaranya :
1. Untuk kendaraan non AC, maka DOC akan :
    a. Kepanasan.
    b. Terpapar gas berascun sebagai berikut :



2. Untuk kendaraan AC, maka DOC mungkin tidak bermasalah sepanjang AC bisa berfungsi normal
   dan suplay udara segar tidak bermasalah.

------------------------------------------------------

Mengapa DOC kepanasan ?
Bagaimana tidak kepanasan.  Pertama : Karena jalannya macet, maka laju kendaraan akan terhambat. Dengan kondisi jalan yang terpapar panas dari jalan dan kendaraan di sekitarnya - maka akan timbul kepanasan.

Panas lingkungan yang tinggi, akan memicu timbulnya panting.  Jika DOC mengalami panting maka DOC akan menghabiskan energi dalam tubuhnya - terutama energi dada.  Jika panting maka DOC akan mengalami banyak masalah terkait metabolisme.  Mohon baca

BAGAIMANA MENCIPTAKAN PROSES NORMAL METABOLISME AYAM BROILER GUNA MENINGKATKAN SISTIM KEKEBALAN TUBUH.

dan juga baca :

MENCIPTAKAN pH USUS TETAP NORMAL UNTUK MENJAGA SISTIM KEKEBALAN TUBUH AYAM TETAP NORMAL

serta baca :
di blog saya, dengan alamat : http://pengetahuanayampraktis.blogspot.com/2015_04_01_archive.html

-------------------------------------------------------------------
Jika DOC menggunakan energi dada, maka DOC akan dehidrasi dan banyak kehilangan energi.  Oleh karena itu nampak DOC yang diterima oleh peternak menjadi seperti kedinginan.

Jika dinalar, apa yang dilakukan peternak saat melihat DOCnya kedinginan dengan menambah pemanas, adalah hal yang positif.  Tapi, sebaiknya peternak  harus memperhitungkan :
1. Jumlah udara segar yang seharusnya dibutuhkan ayam.
2. Jumlah oksigen yang dibutuhkan pemanas.
3. Jumlah gas buang seperti gas CO dan CO2.

Jika jumlah udara segar tidak dipenuhi dan paparan gas racun meningkat, maka DOC mungkin akan mengalamai hal-hal seperti data di bawah ini :


Data lain menyebut kan :


Menurut pengalaman penulis, jika mendapatkan DOC yang seperti kedinginan adalah :
1. Beri tambahan pemanas, dan perhatikan suhu lingkungan jangan lebih dari 35ºC.  Segera 
    turunkan suhu jika suhu lingkungan di atas suhu tersebut.  Suhu lingkungan DOC rata-rata 
    sebaiknya pada kisaran 33ºC - 35ºC.  
2. Jika langkah pertama telah dilakukan, Beri minum dan pakan sekaligus. Lalu yang terpenting 
    perhatikan tingkahlaku DOC.  Jika ada satu saja DOC yang nampak garis air dilehernya, segera 
    keluarkan air minum dari chick guard.
3. Biarkan makan sepuasnya.  Jika DOC sudah nampak gelisah, masukkan air kembali ke 
    dalam chick guard.
4. Rasakan udara di lingkungan sekitar DOC.  Jika terasa agak pengap buka tirai secara bertahap.    Jika hal ini telah dilakukan dan udara sudah cukup segar, segera tutup kembali tirainya.  Metode 
   ini sering disebut metode "intermitten".

Intinya : jangan biarkan DOC kepanasan hingga panting, dan jangan biarkan DOC kebanyakan minum, serta jangan biarkan DOC tidak makan, yang tidak boleh lupa adalah jangan biarkan DOC kekurangan Oksigen.  Upayakan perilaku makan dan minum dalam keadaan normal.

------------------------------
Jadi, pemberian pemanas saat ayam tampak kedinginan adalah benar.  Asal panas buatan tidak meningkatkan suhu lingkungan di atas 35ºC.  Karena, jika suhu lingkungan di atas 35ºC memungkinkan suhu tubuh DOC meningkat di atas 42ºC.  Hal ini tidak baik bagi DOC.

Lalu, jagalah suplay udara jangan sampai terganggu.  Karena jika suplay udara terganggu (tidak pernah membuka tirai dalam waktu tertentu atau indikator yang mudah adalah udara lingkungan pengap), maka akan mengganggu sistim metabolisme DOC.

Jika DOC kepanasan lalu timbul panting (ter-engah engah), maka akan banyak kehilangan energi dan tentu efisiensi pakan akan menurun.  Banyak timbul masalah penyakit, karena metabolisme tubuh dalam pembentukan sistim kekebalan tubuh juga terganggu.

Panting juga akan menimbulkan masalah dehidrasi, karena aktifitas panting sebenarnya mengeluarkan energi tubuh yang berlebih melalui uap air.

Karena air dalam tubuh DOC  banyak yang terbuang akibat panting maupun diare, maka keseimbangan elektrolit terganggu.  Tentu akan menimbulkan banyak masalah terkait sistim metabolisme tubuh.

Jika kondisi panas lingkungan tidak seragam, maka akan memungkinkan DOC mendapatkan energi lingkungan juga berbeda-beda.  Hal ini memungkinkan akan menimbulkan keiningan makan dan minum yang berbeda, efisiensi pakan yang berbeda, tingkat dehidrasi yang berbeda, meskipun dalam suatu tempat yang sama (chick guard yang sama).

---------------------------------------------------------------

SEMOGA BERMANFAAT

Selasa, 05 Mei 2015

BAGAIMANA MENGOPERASIKAN KANDANG CLOSE HOUSE ?

Oleh : Muhammad Misbachul Munir, S.Pt.,MM.
Tanggal : 5 Mei 2015

Tulisan ditujukan kepada pemula dalam pengelolaan kandang tertutup.  Sebagian pengalaman penulis dalam menangani operasional ventlasi kandang tertutup dituangkan di dalam Blog ini. 

Diharapkan segala kesulitan yang pernah dihadapi penulis ketika mengelola kandang tertutup serta kesulitan memahami dan menggabungkan antar teori pengelolaan ventilasi kandang tertutup yang diberikan oleh tentor satu dan tentor yang lainnya tidak terjadi lagi terhadap para pembaca. 

Belajar ventilasi pada kandang tertutup mirip seperti belajar program aplikasi komputer (MS office), yaitu belajar teori sambil menerapkannya adalah langkah terbaik.

Jika ingin segera memahami kandang tertutup seyoyanya para pengelola harus menyediakan waktu untuk melakukan pengamatan sendiri, bisa 24 jam, berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan bulan.  Menguji setiap pemikiran yang didasari oleh pemahaman yang cukup merupakan hal yang sangat penting.

Dengan memahami tulisan ini, digabung dengan latihan disertai pengamatan-pengamatan lapangan yang baik, maka para pembaca akan lebih mudah untuk mengembangkan  pengetahuannya atas operasional kandang tertutup.

COGITO ERGO SUM
(Saya berfikir oleh karenanya saya ada)

Terimakasih kepada semua pihak yang telah memberi penjelasan panjang lebar mengenai operasional ventilasi kandang tertutup.  Semoga tulisan ini dapat memberi manfaat seperti yang diharapkan sewaktu ditulis.



PENDAHULUAN

Menurut sebagian praktisi, close house atau kandang tertutup merupakan sesuatu yang exclusif.  Dulu penulispun merasakan hal yang sama.  Mengapa demikian ?. Karena kurang pahamnya penulis mengenai prinsip –prinsip dasar operasional close house.

Jika didalami, ke-exclusifan close house sebenarnya terlu berlebihan. Pada dasarnya clouse house sama saja dengan open house.  Hanya kebiasaan open house yang tidak memikirkan tentang iklim secara menyeluruh, maka begitu mengoperasikan clouse house agak kagok. Jika hal ini berlanjut maka tentu akan menimbulkan efek negatif terhadap pertumbuhan dan produktifitas ayam.

Untuk menghindari konotasi berlebihan, marilah kita tidak lagi menggunakan istilah close house tatapi mulai sekarang kita sebut kandang tertutup saja.

Perhatikan simulasi sederhana kandang tertutup dibawah ini :

Dari simulasi tersebut kita dapat melihat beberapa hal :
a).  Dalam kandang     = ada ayam, feses, air, angin  
b).  Luar kandang        = ada masuknya angin dan keluarnya angin serta adanya sinar dan radiasi 
      matahari
c).  Cooling pad yang biasanya mengandung air
Kondisi tersebut mengingatkan kita pada ilmu-ilmu dasar, yaitu : Biologi, Fisika, dan Kimia.  Ilmu lain yang tidak boleh ketinggalan adalah ilmu Tingkah laku ternak.

Terkait dengan hal ini, jika ingin berhasil dalam pengelolaan ayam dalam kandang tertutup, maka pasti kita tidak hanya harus menguasai management pemeliharaan ayam saja tetapi juga harus menguasai beberapa ilmu dasar yang terkait.

BAB I
LINGKUNGAN AYAM

Sebelum mempelajari kandang tertutup, marilah  kita pahami terlebih dahulu lingkungan yang cocok untuk kehidupan ayam.

Lingkungan ideal bagi pertumbuhan dan produkstifitas ayam adalah suhu dan kelembababan yang tepat.  Banyak pakar yang menyampaikan terkait suhu dan kelembaban ideal bagi ayam.  Salah satunya adalah Keith J. Rosario, yang menyarankan agar suhu efektif pada kisaran 200C – 270C dengan kembaban di bawah 50%.  Menurut Chavalchini, Cerolini, Mariani (1990), suhu lingkungan untuk dapat mempertahankan suhu tubuh ayam tetap setabil adalah 260C – 270C. 
Namun berdasarkan pengalaman penulis, suhu dan kelembaban ideal bagi ayam adalah disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan ayam.  Misalnya, suhu ketika periode brooding yang digambarkan sebagai berkut :


Contoh lain, suhu lingkungan ketika periode bertelur menurut penulis antara 180C - 200C (dalam pengertian suhu efektif bukan suhu terbaca).  Untuk memperjelas hal ini pera pembaca dapat melihat blog saya yang berjudul : 


Namun semuanya itu, muaranya adalah suhu rectal harus dalam keadaan normal, yaitu : 40,5 ºC (rendah) dan 41,5 ºC (tinggi). Perhatkan blog saya yang lain :

Selain lingkungan ideal, ayam juga membutuhkan udara segar untuk bernafas, pakan dan air minum untuk hidup, pertumbuhan dan produksi, serta pemanas yang dibutuhkan semasa brooding. Ayam juga akan mengeluarkan feses, gas buang berupa H2O dan CO2 serta panas metabolik.  Pemanas/Brooder membutuhkan Oksigen untuk pembakaran dan menyisakan CO2 gas. Feses dan air yang disekresikan oleh ayam akan ditampung oleh litter, kemudian mengalami penguraian oleh bakteri pengurai menjadi amoniak dan H2O.  Seluruh rangkaian proses ini terjadi dalam satu ruangan tertutup. Ketidak normalan supaly oksigen dapat menimbulkan bebagai masalah penyakit metabolik, seperti Acites, Prolapsus dan penyakit infeksius lain sebagai ikutan seperti Enterities, IB, CRD dan lainnya.  Perhatikan Blog saya lainnya :



Untuk itu perlu dipkirkan suplay udara agar kebutuhan udara untuk metabolisme ayam dan pembakaran untuk pemanas dapat berjalan sempurna.  Selain itu, perlu dipikirkan pengeluaran gas buang dari dalam kandang agar tidak mengganggu proses kehidupan ayam.

Pada saat memasukkan udara dalam kandang, kita dihadapkan pada suhu dan kelembaban alam sekitar.  Demikian juga pada saat pengeluaran gas buang, kita dihadapkan pada berapa volume gas buang yang harus dibuang.  Radiasi panas sinar matahari dan panas yang dihasilkan oleh lampu penerangan dalam kandang merupakan tantangan tersendiri yang harus diperhitungkan.

Seluruh tantangan tersebut harus dipikirkan oleh pengelola kandang tertutup  agar dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan baik tanpa menimbulkan masalah berikutnya.


BAB II

KONSEP VENTILASI DAN EVAPORATING COOLING

A.   KONSEP VENTILASI

         Pertama :
Berapa kebutuhan udara segar?. Kebutuhan udara harus disesuaikan dengan beban kandang. Beban kandang yang dimaksud adalah kebutuhan volume udara per-jam yang dibutuhkan  ayam berdasarkan total bobot badan. Umumnya menggunakan satuan m3/jam atau dengan satuan CFM (cequare feet per-menit).
         Kedua :
Kebutuhan udara untuk memindahkan gas buang dan udara panas. Pemindahan udara ini dikenal dengan istilah Exchange Rate. Exchange rate normal adalah 60 detik, dan yang terbaik adalah 45 detik.
         Ketiga :
Kebutuhan udara berefek pada kecepatan udara dalam kandang.  Dengan satuan m/s atau fpm (feet per-menit).  Kecepatan angin akan berpengaruh pada whind chill effeck.
         Keempat
Whind chill effect merupakan istilah terkait suhu efektif.
·         Kelima :
Kebutuhan udara yang dikenal saat ini adalah kebutuhan udara minimal.  Kebutuhan udara minimal ini sesuai dengan petunjuk produsen strain bersangkutan. Contoh :
        Hubbard Flex = 8m3/Kg/jam
        Cobb               = 6m3/Kg/jam
        ISA Brown     = 4m3/Kg/jam

B.   KONSEP EVAPORATING COOLING

         Pertama :
Evaporating cooling sistem hanya bertujuan untuk menurunkan suhu dalam kandang. Tetapi memiliki resiko minimbulkan kenaikan kelembababan dan dapat membentuk titik titik air pada litter (moisture).
         Kedua :
Setiap penurunan suhu 10C dengan menggunakan evaporating cooling sistem akan meningkatkan 5% kelembaban.
         Ketiga :
Kelembaban (%) ditambah suhu dalam satuan (Fahrenhaid) akan membentuk Heat Indek (HI).  HI >160 akan menimbulkan stress, dan HI >180 akan menimbulkan kematian.   Perhatikan tabel beriktu (sumber : Presentasi Gemilang Citra Indo, Januari 2005) :



BAB III
BEBAN KANDANG DAN KEBUTUHAN UDARA MINIMUM KANDANG TERTUTUP

Setelah memahami lingkungan ayam pada kandang tertutup dan konsep ventilasi serta cooling sistem-nya, maka kita akan melangkah maju ke hal berikutnya.

Apa itu beban kandang dalam kaitannya dengan kebutuhan udara segar?.  Beban kandang yang dimaksud dalam hal ini adalah total udara minimum yang dibutuhkan untuk mensuport sejumlah berat total ayam yang ditanggung oleh kandang bersangkutan.

Untuk memahami hal tersbut, sebaiknya kita mulai latihan dengan menghitung kebutuhan udara minimum untuk beban maksimum.  Jadi kita ambil jumlah ayam terbanyak dengan bobot badan tertinggi untuk standart bobot badan strain terkait.

Sebagai contoh :
        Strain Flex
        Jumlah ayam total betina dan jantan  7.700 + 770 = 8.470 ekor
        Bobot badan rata-rata  2,49 Kg/ekor
Maka total bobot badan yang ditanggung oleh kandang tersebut adalah : 21.090,3 Kg

Selanjutnya, berapa kebutuhan udara segar minimum?. Kebutuhan udara segar minimum untuk kandang clouse selalu terkait dengan dua hal : 1). Beban kandang, dan  2). Kebutuhan udara minimum per-KgBB Per-Jam.
Kebutuhan udara minimum bergantung pada strain bersangkutan, misalnya :
        Hubbard Flex = 8m3/Kg/jam
        Cobb               = 6m3/Kg/jam
        ISA Brown     = 4m3/Kg/jam

Apabila kita ingin mengetahui berapa kebutuhan udara minimum dari ayam tersebut di atas.  Maka perhitungannya adalah :

-          8 m3/KgBw/Jam x 21.090,3 KgBw = 168.722,4 m3/Jam,  atau      
-          4,709 ft3/KgBw/menit x 21.090,3 = 99.314,22 ft3/menit (CFM)

Jadi kebutuhan udara segar minimum kandang bersangkutan adalah :
168.722,4 m3/Jam  atau 99.314,22 CFM.


BAB IV
SUPLAY UDARA SESUAI KEBUTUHAN BEBAN KANDANG

Jika kita telah memahami kebutuhan udara minimum sesuai beban kandang yang ditanggung, maka kita dapat melajutkan pelajaran berikutnya.  Yaitu menghitung suplay udara yang diperlukan. 
Dalam hal ini pembahasan tetap pada posisi kebutuhan udara minimum pada beban kandang maksimum. 
Langkah-langkahnya adalah :

1.      Pertama :
 Perhatikan luas penampang kandang (lebar x tinggi rata-rata kandang). 
         Misalnya : lebar 14 m x tinggi rata-rata 2,5 m 


         Luas penampang menjadi = 35 meter2.

2.      Kedua :
 Berapa kecepatan maksimum yang dapat dicapai jika seluruh kipas dinyalakan.
   Misalnya dari hasil observasi kecepatan angin kandang dalam satu garis penampang didapatkan data sebagai berikut (satuam m/s) : 

         Jika dihitung rata-ratanya didapatkan hasil 2,5 m/s

3.     Ketiga :
Kalikan luas penampang dengan kecepatan angin maksimum yang dicapai
         Yaitu : 35 m2 x 2,5 m/s = 87,5 m3/s,
         Jika diubah menjadi per-jam, maka perhitungannya adalah :
85,7 m3/s  x 3.600 s = 308.520 m3/jam atau 181.615,44 CFM

4.     Keempat :
Bandingkan kemampuan ventilasi untuk mensuplay udara maksimum dalam kandang dengan kebutuhan udara kandang.
Hasilnmya adalah :
     168.722,4 m3/Jam (lihat Bab III) < 308.520 m3/jam
     Artinya = kemampuan maksimum ventilasi kandang untuk mensupaly udara segar minimal adalah lebih besar dibandingkan kebutuhannya.

BAB V
PEMAHAMAN KECEPATAN ANGIN TERHADAP WIND CHILL EFFECT DAN EXCHANGE RATE

Sebelum membahas kebutuhan kipas, ada baiknya kita lompat kepada pemahaman kecepatan angin terkait dengan Wind Chill Effect dan Exchange Rate.

A.     Wind Chill Effect

Setiap pergerakan angin pada kelembaban tertentu akan memberikan perbedaan antara suhu efektif yang dirasakan ayam dan suhu terbaca.  Sebagai contoh, “Jika pada siang hari terik matahari begitu menyengat, ada dua orang berdiri dilapangan dimana seorang (“A”) mendapat hembusan angin dengan kecepatan 2m/s dan yang seorang lagi (“B” ) tidak mendapatkan hembusan angin, maka si “A” akan merasa lebih sejuk dibandingkan si “B” meskipun termometer menunjukkan suhu yang sama.   Keadaan lebih sejuk yang dialami oleh “A” ini disebut dengan wind chill effect.

Wind Chill effect secara sederhana dapat disampaikan sebagai berikut :


Dengan memperhatikan tabel tersebut, kita tinggal mengurangi suhu terbaca dengan konstanta yang berada pada tabel tersebut di atas.

Jadi pergerakan udara dengan kecepatan tertentu akan membantu membebaskan beban panas tubuh ayam, lihat ilustrasi di bawah ini :


Kecepatan angin ternyata akan memberikan efek yang berbeda pada kelembaban yang berbeda  (Management Guide Cobb 1985).  Merujuk pada management guide tersebut kita dapat menentukan suhu efektif dari variable suhu, kelembaban dan kecepatan angin dengan menggunakan persamaan regresi sebagai berikut :

Suhu Efektif = (4,2059-0,0818) + ((0,72089-0,02468)*T0C + ((0,082386-0,006013)*RH%)
                        ((-3,8936-0,1359)*V m/s ))

Dengan demikian dapat dimengerti, bahwa jika berhadapan dengan suhu maka kita harus berfikir wind chill effect.

B.     Exchange Rate
Exchang rate adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk memindahkan seluruh volume udara dalam sekali pindah. 
Berikut adalah ilustrasi perpindahan udara dalam bentuk gas buang  (balok warna merah transparan) dari sejumlah udara dalam balok warna kuning : 


Perpindahan udara paling cepat terjadi pada kecepatan angin yang lebih tinggi, dengan syarat volume udara yang dipindah adalah sama.

Secara matematis Exchange rate = Volume Ruangan : Jumlah Suplay Udara


Misalnya :
Clouse house dengan ukuran :
-          Lebar 14 meter
-          Tinggi 2,5 meter
-          Panjang 120 meter
-          Kecepatan angin rata-rata hasil observasi 2,5 m/s



Exchange ratenya adalah :
         Suplay udara   = 2,5 meter x 14 meter x 2,5 m/s =  87,5 m3/s,
Jika diubah menjadi per-jam, maka perhitungannya adalah : 85,7 m3/s  x 3.600 s = 308.520 m3/jam
         Volume kandang = 2,5 meter x 14 meter x 120 meter = 4.200 m3
         Exchange rate       = 4.200 m3 / 308.520 m3/jam =  0,0136134 jam
= 49 detik

Perhitungan Exchange Rate sangat terkait dengan perpindahan gas buang dalam kandang dan kecepatan masuknya suplay udara segar ke dalam kandang. 
Jadi jika berhadapan dengan semua gas buang dalam kandang clouse dan atau suplay oksigen, maka kita harus berfikir exchange rate.


BAB VI
MENENTUKAN JUMLAH KIPAS

Dari seluruh rangkaian yang telah kita pelajari dari Bab I sampai Bab III, maka sampailah kepada pelajaran berikutnya, yaitu : bagaimana kita mengambil keputusan untuk mengoperasikan kipas pada sistim ventilasi kandang tertutup. 

·           PertamaObservasi kapasitas kipas
1.    Hidupkan satu kipas, kemudian catat hasil observasi :
a.         Kecepatan angin dalam kandang pada posisi kanan, tengah dan kiri pada ketinggian 40 cm dan 120 cm, dengan satuan m/s.
b.         Kecepatan angin tepat di depan kipas (diukur dari dalam kandang).  Pengukuran dilakukan pada 9 titik, dengan satuan ft/menit.
c.         Kecepatan angin yang melalui pad (ukur cooling pad dari luar kandang dengan posisi alat menempel pada permukaan pad).  Pengukuran dilakukan minimal 8 titik dengan satuan m/s.
d.        Ukur kecepatan angin pada in-let (biasanya in-let berjarak minimal 0,5 meter dari pad) dengan satuan m/s.  Sampel minimal 8 titik.
Hasil pengukuran dihitung rata-rata, dan CV% - nya.

2.  Dengan cara yang sama, hidupkan dua kipas, tiga kipas dan seterusnya.  Catat hasilnya.
  
3.    Selanjutnya hasil perhitungan dimasukkan pada tabel.  Contohnya sebagai berikut :


Data yang dimasukkan pada tabel tersebut adalah data yang telah memiliki CV di bawah 20%.  Jika belum mendapatkan CV di bawah 20%, maka posisi kipas yang hidup harus diubah atau posisi nest (jika ada) diubah atau apa saja yang mampu untuk menciptakan kecepatan angin dengan CV% di bawah 20%.

Nah, dengan selesainya observasi tersebut kita telah memiliki standart kecepatan angin untuk kandang tertentu berdasarkan jumlah kipas yang hidup.

Lanjutkan langkah berikut.  Cari kapasitas kipas sesunggunya, yaitu dengan cara mengalikan kecepatan angin dengan luas penampang serta  3.600.  Misalnya lebar kandang 14 meter dan tinggi rata-rata kandang 2,5 meter, maka hasilnya adalah sebagai berikut :


Jadikan tabel tersebut sebagai pedoman baku untuk kandang yang telah diobservasi.  Penyimpangan dari tabel baku berarti ada penyimpangan yang harus segera diatasi.


Untuk itu, observasi seyogyanya dilakukan sebelum kandang diisi dan seluruh sistim ventilasi dalam keadaan yang normal.  Ketidak normalan ditandai dengan CV di atas 20%.

·           Kedua : Tentukan kebutuhan udara minimum berdasarkan beban kandang

-      Ingat Bab III.
-      Contoh :
Misalnya kita memiliki data sebagai berikut :


Berapa kipas yang akan digunakan ?
Kita tidak boleh tergesa-gesa menggunakan data tersebut, tetapi harus memiliki data riil yang akurat untuk menentukan jumlah kipas yang dimaksud.

Sebagai contoh :”ternyata bobot badan jantan dan betina umur 9 minggu yang ada tidaklah standart, tetapi+5% di atas standart”.  Jadi data berubah menjadi sebagai berikut :


Untuk perhitungan tidak lagi menggunakan dasar umur 9 minggu tetapi umur 10 minggu.  Nah jadi perhitungannya adalah sebagai berikut :

-          11.702 Kg x 8 m3/KgBB/Jam = 93.618 m3/jam
-          Jadi kebutuhan udaranya adalah 93.618 m3/jam.
-          Kemudian perhatikan tabel hasil obeservasi yang pernah dibuat sebelumnya


Dari data ini dapat ditentukan perkiraan jumlah kipas yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan udara minimum, yaitu 3 kipas (kipas 2-4-7 dihidupkan).

Sampai disini kita telah mampu menentukan jumlah kipas untuk suplay kebutuhan udara minimum.

·           Ketiga Periksa winchil effeck yang tercipta dari kecepatan angin yang ada
-     Untuk memeriksanya, kita dapat menggunakan tabel sederha yang pernah kita pelajari 
     sebelumnya :


-          Melihat data bahwa jumlah 3 kipas akan mampu menciptakan angin dalam kandang sebesar 
        1 m/s, maka whind child effect yang diciptakan adalah sebesar 1,30C.
-          Jadi kipas akan mampu bekerja pada 300C + -1,30C = 31,30C.
-         Tetapi kita tahu bahwa suhu efektif dipengaruhi oleh : 1). variable kelembaban udara dan 2). 
       Variable kecepatan angin. 

Coba kita hitung dengan sungguh-sungguh.  Gunakan persamaan regresi yang pernah dibahas pada bab sebelumnya.  Dengan menerapkan formula itu masukkan ke dalam Exell untuk memilih berbagai opsi yang mungkin.  Hasilnya adalah seperti  contoh sebagai berikut :





Memperhatikan data tersebut terlihat bahwa kipas operasi 3 buah masih mampu menciptakan suhu efektif di bawah 300C (ring RH% 69 – 90).

Mana yang tepat ?.

Untuk itu pertimbangkan HI (Ingat bab sebelumnya) 

·           Keempat : Hitung Exchang Rate
-       Seluruh gas buang harus dikeluarkan dari kandang dalam waktu yang cepat agar tidak 
      mengganggu kehidupan ayam.
-       H2O gas pembentuk kelembaban juga harus segera dibuang, demikian juga CO2 dan NH3 
      gas.
-       Hitunglah Exchange Rate untuk mengakomodasi permasalah tersebut.
-       Di Bab VI ini kita telah memiliki data :
o   Lebar kandang                                                =   14    meter
o   Tinggi rata-rata penampang kandang              =     2,5 meter
o   Panjang kandang                                             = 120    meter
o   Jadi volume kandang adalah = 4.200 m3

o   Jumlah kipas yang digunakan                         =     3    buah
o   Kecepatan angin yang tercipta                        =     1    m/s
o   Jadi suplay udara adalah
1 m/s x 2,5 m x 14 m x 3.600                          = 126.000 m3/jam
Jadi suplay udara adalah =      126.000 m3/jam                                                        
-          Exchange rate-nya adalah :
(4.200 m3 : 126.000 m3/jam) x 3.600 = 120 detik.

Dari pelajaran sebelumnya dijelaskan bahwa Exchange rate yang baik adalah 60 detik.  Karena exchange rate hitung adalah 120 detik, berarti ada udara yang masih berhenti 60 detik.  Jika hal ini berlangsung selama 1 jam, berarti ada udara tertahan sebanyak :
3.600 detik : 60 detik = 60 kali lipat udara kotor yang tertahan dalam kandang.

Bagaimana menghindari tumpukan gas buang dalam kandang tanpa mengganggu suplay udara minimum yang seharusnya dan tidak mengganggu whind chill effect ?.
Salah satu metode adalah dengan cara intermitten kipas.  Intermitten yang dimaksud adalah 3 kipas + Kipas tambahan, dimana kipas tambahan dihidupkan pada interval waktu dan lama hidup tertentu. 

Bagaimana mengoperasionalkan kipas tambahan untuk intermitten ?.

Ambilah contoh pada keadaan di atas, dimana penggunaan kipas minimum adalah 3 buah. 
-       Hidupkan kipas 3 buah.
-       Berdirilah di 2/3 dalam kandang.  Rasakan udara disekeliling anda, jika dirasa pengap dan tidak nyaman hidupkanlah tambahan kipas secara bertahap.  Dalam contoh kali ini kita tambah 3 kipas lagi.  Jadi total kipas adalah 6 buah.
o   Jam ke 0 adalah saat dimana kita hidupkan tambahan kipas.
o   Rasakan keadaan udara, misalnya 5 menit berikutnya udara sudah normal.  Pada saat itulah kipas tambahan dimatikan.
o   Rasakan kembali udara pada posisi yang sama.  Misalnya dalam waktu 20 menit terasa pengap, maka hidupkan kembali tambahan kipas tersebut.
-      Mari kita cek exchange rate jika 6 kipas dihidupkan, lihat data hasil observasi sebelumnya, yaitu :


Dari tabel di atas kita tahu bahwa 6 kipas hidup memberikan efek kecepatan angin 2 m/s.  Jika dihitung exchange rate-nya adalah 60 detik.  Jadi dalam 60 detik  keadaan udara sekitar seharusnya telah berganti dengan udara segar.  Artinya adalah 3 kipas minimum + 3 kipas tambahan akan mampu mengganti udara kotor menjadi udara segar dalam waktu 60 detik.

Dalam pelaksanaannya, hitungan exchange rate akan terealisasi apabila daya dukung sumberdaya mekanik farm mampu untuk menterjemahkan dan mensiasati peralatan kandang tanpa menimbulkan kerusakan.

·        Kelima : Periksa kembali penggunaan kipas intermitten
Penggunaan kipas tambahan tentu akan menaikkan jumlah suplay udara.  Hal ini kurang masalah, karena hitungan kita terhadap suplay udara sejak awal selalu menggunakan kipas minimum.  Hanya saja tambahan kipas berimplikasi pada :
a.       Konsumsi daya listrik akan meningkat
Kenaikan daya listrik tentu akan menimbulkan ketidak efisien-an biaya pemeliharaan.  Semakin lama rentang waktu hidup kipas tambahan dan semakin banyak kipas tambahan berarti kita telah meningkatkan biaya listrik.
b.      Kecepatan angin dalam kandang meningkat :
Dengan meningkatnya kecepatan angin dalam kandang akan meningkatkan whind chill effect dan menurunkan suhu efektif.
Pada umur tertentu ayam belum tentu siap menerima kecepatan angin yang tinggi.  Hal ini dikarenakan whind chill effect teoritis tidak mesti sama seperti yang sebenarnya terjadi dilapangan.  Contoh pada ayam yang masih sangat muda tentu akan berbeda dengan ayam yang telah dewasa.
Untuk itu, adalah sangat bijaksana bila kita tetap mengontrol kondisi ayam dalam kandang pada saat kipas tambahan dijalankan.  Perhatikan apakah ayam kedinginan atau tidak. 
Tiap waktu (siang, sore, malam dan pagi), tiap beda cuaca (cerah, mendung dan hujan) tentu akan berbeda dalam menjalankan kipas tambahannya.  Mengapa ?.  Karena suhu dan kelembaban berbeda.
           
·           Keenam : putuskan penggunaan kipas
-   Untuk mengambil keputusan penggunaan kipas, kita harus menggunakan data berantai tersebut 
   di atas. Lihatlah data di atas, bahwa dengan menggunakan 3 kipas :
o   Kecepatan angin dalam kandang adalah 1 m/s
o   Volume udara yang masuk dalam kandang adalah 126.000 m3/jam
o   Kebutuhan udara beban kandang adalah 93.618 m3/jam

Keadaan ini memberi isyarat bahwa 3 kipas yang hidup cukup untuk mensuplay udara sesuai dengan beban kandang dan cenderung berlebihan.

o   Tiga kipas tersebut mampu mengatasi suhu 31,30C dan maksimum 330C (dengan catatan suhu 330C pada kelembaban 69%).

o   Akan tetapi 3 kipas tersebut tidak mampu untuk mengatasi pembuangan udara kotor.  Buktinya adalah exchange rate dan hasil observasi yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang demikian.

Untuk mensiasati keadaan ini, dilakukan penambahan 3 kipas secara intermitten. Yaitu 3 kipas “On” selama 20 menit, kemudian dilanjutkan dengan 6 kipas “On” selama 5 menit.  Demikian seterusnya.

Penambahan jumlah kipas hidup, interval waktu tambahan kipas hidup dan hidupnya kipas tambahan harus dipertimbangkan secara mendalam dengan menggunakan langkah kelima.



BAB VII
IN-LET, OUT-LET DAN STATIC PRESSURE

In-let merupakan tempat masuknya angin sedangkan out-let merupakan tempat keluarnya angin. Jika luas in-let dikurangi akan menaikkan kecepatan angin dan meningkatkan static pressure.  


Sebaliknya jika luas in-let di perluas akan menurunkan kecepatan angin dan sekaligus menurunkan static pressure.

Apa yang dimaksud Static pressure ?
Static pressure adalah besaran (water colum dalam inchi atau pascal) yang menyatakan sebarapa berat exhouse fan bekerja.
-          Rendahnya static pressure berarti kipas akan bekerja lebih ringan
-          Tingginya static pressure berarti kipas akan bekerja lebih berat.


Static pressure juga berhubungan dengan kecepatan angin, semakin tinggi kecepatan angin dalam kandang semakin tinggi pula static pressure-nya dan sebalinya semakin rendah kecepatan angin semakin rendah pula static pressure-nya.



Semakin tinggi kecepatan angin, maka semakin tinggi static pressure dan lebih lanjut akan menambah berat kerja kipas.  Kerja kipas yang berat berimplikasi pada meningkatnya konsumsi daya listrik :


Jika volume udara yang melalui in-let tidak sama dengan out-let, maka akan menimbulkan masalah :
1). In-let < Out-let : Kecepatan angin melalui in-let dan pad akan lebih cepat dan static pressure akan tinggi, akibatnya kerja kipas semakin berat dan efisiensi saturasi pad akan menurun.  Jika efisiensi saturasi menurun maka whind chilld efect yang ingin dicapai semakin kecil.
2). In-let > Out-let : Kecepatan angin melalui in-let dan pad akan rendah dan static pressure akan rendah, akibatnya kerja kipas semakin ringan dan efisiensi saturasi pad akan meningkat.  Jika efisiensi saturasi meningkat, maka penurunan suhu dengan menggunakan cooling pada akan mudah di capai.
Tetapi akan terjadi efek botol, dimana angin akan mengalami turbulen di daerah belakang (daerah sebelum kipas).  Hal ini menimbulkan banyak kerugian :1). Daerah belakang akan lebih lembab, 2). Gas beracun daerah belakang lebih besar, 3). Suhu daerah belakang semakin tinggi.

Bagaimana menghitung luas pad dan in-let agar tidak menimbulkan masalah dalam operasional clouse house :

Sebagai contoh :
o   Lebar kandang                                                =   14    meter
o   Tinggi rata-rata penampang kandang              =     2,5 meter
o   Panjang kandang                                             = 120    meter
o   Jadi volume kandang adalah = 4.200 m3

o   Jumlah kipas yang digunakan                         =     7    buah
o   Kecepatan angin yang tercipta                        =     2,5    m/s (9.000 m/jam)
o   Jadi kapasitas total kipas adalah
2,5 m/s x 2,5 m x 12 m x 3.600                       = 270.000 m3/jam
o   Jadi kapasitas kipas 7 kipas  adalah    = 270.000 m3/jam     

Hitung luas pad :

1).  Tentukan kecepatan angin dan static pressure yang ingin dicapai di daerah pad :


Jika kecepatan angin melalui pad disamakan dengan kecepatan angin dalam kandang yaitu 2,5 m/s,      maka static pressure yang melalui pad adalah >17,5 Pa (kecepatan angin pad kanan dan pad kiri) 
dan yang bekerja dalam kandang adalah 11,5 Pa dengan efisiensi saturasi mencapai 82%.

Sehingga total static pressure in-let = >17,5 Pa + 11,5 Pa = >29 Pa



Karena total pressure di in-let sangat besar, maka kecepatan angin yang melalui pad sebaiknya di turunkan menjadi 1,63 m/s, dengan harapan total static pressure in-let menjadi 26 Pa.

Karena kecepatan angin in-let diturunkan menjadi 1,63 m/s maka efisiensi saturasi meningkat menjadi 86%.

Selanjutnya kita putuskan untuk menggunakan kecepatan angin yang melalui pad adalah 1,63 m/s saja agar static pressure turun dan efisiensi saturasi meningkat.

Hitungan luas pad menjadi :
Luas pad = 270.000 m3/jam : (1,63 m/s x 3.600) = 46,01 m2

Hitung luas in-let :

Hitungan luas pad menjadi :
Luas pad = 270.000 m3/jam : 9.000 m/jam = 30,00 m2


BAB VIII
PEMAHAMAN EVAPORATING COOLING

Evaporating Cooling Sistem merupakan salah satu bagian dari sistim ventilasi yang bertujuan untuk mendukung sistim pendingin.

Ada tiga jenis Evaporating cooling sitem yang dipakai pada kandang tertutup, yaitu :
·         Fogging nozzles
·         Fogging pads
·         Recirculation systems


Ketiga sistem tersebut sama-sama baiknya apabila diinstal, didisain dan dioperasikan dengan benar.
Sistim evaporating cooling yang dipakai di Breeding Farm Wonokoyo Group umumnya menggunakan Recirculation systems.

Bagaimana kerja evaporating cooling :
a.       Energi panas dibutuhkan untuk penguapan air
b.   Air diudara menyerap panas udara dan membentuk uap air. Air sebanyak 3,8 liter (1 galon) sanggup memindahkan panas sebanyak 8,700 Btu.
Untuk menurunkan suhu 10C pada kecepatan angin 1 m/s dibutuhkan air sebanyak 1 liter/jam.
c.       Setelah energi panas dipindahkan ke air, maka suhu udara akan menurun.


Pada keadaan udara kering, maka uap air yang dapat diikat oleh udara akan semakin banyak sehingga akan menaikkan potensi pendinginan.

Ingat, yang mendinginkan udara adalah uap air (bukan air).

Sebaliknya pada keadaan udara lembab, maka air yang dapat diikat oleh udara akan semakin sedikit sehingga akan menurunkan potensi pendinginan.

Dari konsep tersebut di atas dapat disadari bahwa setiap penurunan suhu terbaca akibat operasional evaporating cooling akan meningkatkan kelembaban.
Telah dibahas pada Bab II, bahwa Setiap penurunan suhu 10C dengan menggunakan evaporating cooling sistem akan meningkatkan 5% kelembaban. 

Memperhatikan efisiensi saturasi sebagaimana tersebut pada diagram di bawah ini :



Maka kita dapat mengetahui bahwa :
1). Efisiensi saturasi akan menurun (berarti efek pendinginan juga turun) seiring dengan peningkatan kecepatan angin melalui pad.
2). Efisiensi saturasi akan meningkat (berarti efek pendinginan juga meningkat) seiring dengan penurunan kecepatan angin melalui pad.
3). Efek saturasi akan meningkat jika pad lebih tebal dibandingkan dengan pad yang lebih tipis.

Jadi evaporating cooling akan bekerja lebih efektif bila :
1). Pad lebih tebal
2). Kecepatan angin yang melalui pad lebih rendah
3). Kelembaban luar lebih rendah

    BAB IX
DEW POINT 

Penggunaan cooling pad pada kandang tertutup selain dapat menurunkan suhu dan beresiko menaikkan kelembaban, juga memiliki resiko basahnya liter yang disebabkan oleh adanya dew point atau saturation point.

Dew point adalah titik suhu dimana akan mengakibatkan terjadinya pengembunan pada kelembaban tertentu. 
Oleh sebab itu, pemahaman dew point atau saturation point sangat penting untuk diketahui oleh semua yang terlibat dalam operasional kandang tertutup agar mampu menghindari terjadi penggumpalan litter akibat litter yang basah.  Litter yang basah juga dapat meningkatkan terjadinya kenaikan kadar amoniak.

Untuk memudahkan operasional evaporating sistem dilapangan, dipaparkan grafik dew point sebagai berikut :


Contoh :
Jika ada udara dengan kelembaban 80% dengan suhu 300C maka akan terjadi proses pengembunan (dew) jika udara tersebut menyentuh permukaan/udara pada suhu 26,160C. 

Penjelasan sederhana dapat kita lihat peristiwa pengembunan pada botol minuman dingin ditempatkan pada udara suhu lebih panas dari suhu minuman.  Atau pada peristiwa pengembunan pada kaca kendaraan ketika hujan tiba.  Mengapa hal ini bisa terjadi ?.
Karena mengembun (dew) adalah proses fisika dimana air dalam wujud gas melepaskan ”panas” nya sehingga menjadi ”zat cair”.

Bagaimana uap tadi bisa melepas panas?, ya karena ”menempel” pada benda yang dingin.  artinya begitu uap air menyentuh benda dingin, maka ”panas” uap air itu ”pindah” ke benda dingin tersebut.




Semoga tulisan ini dapat membantu semua pihak yang mengoperasikan kandang tertutup dan memberikan kesuksesan dalam mengoperasikan kandang tertutup.  Serta memberi pemahaman secara urut dan sedikit lengkap terhadap siapa saja yang ingin mempelajari kandang tertutup.